ANALISIS
UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
NOVEL
NEGERI 5 MENARA KARYA A. FUADI
Oleh
: Ramadhani
A. Unsur-Unsur Intrinsik
1.
Tema
Tema Novel Negeri 5 Menara
adalah Pendidikan, hal ini dapat kita lihat sendiri dari lembaran-lembaran
novel ini yang menceritakan bagaimana tokoh-tokoh utama di dalamnya mengenyam
pendidikan di dunia pesantren, apalagi dalam novel ini dibuka dengan kata
mutiara dari Imam Syafi'i yang berhubungan dengan penuntutan ilmu : (Negeri 5
Menara, sebelum hal.1/xii)
2.
Penokohan
Tokoh-tokoh dan watak dalam
novel Negeri 5 Menara, yaitu:
a)
Amak
·
Seorang wanita separuh baya
yang ramah : [“Mukanya selalu mengibarkan senyum ke siapa saja” (Negeri 5
Menara, hal.6)]
·
Rela Berkorban : [“Amak
terpaksa menjadi guru sukarela yang hanya dibayar dengan beras selama 7 tahun” (Negeri
5 Menara, hal.6)]
·
Peduli akan nasib umat Islam
: [“…Bagaimana nasib umat Islam nanti?” (Negeri 5 Menara, hal.7)]
·
Seorang ibu yang konsisten
terhadap keputusannya : [“Pokoknya Amak tidak rela waang masuk SMA!” (Negeri 5 Menara, hal.9)]
·
Adil : [“…Keadilan harus
dimulai dari diri sendiri, bahkan dari anak sendiri. Aturannya adalah siapa
yang tidak mau menyanyi dapat angka merah” (Negeri 5 Menara, hal.139)]
b)
Ayah
·
Seorang pria separuh baya yang
membela kebenaran : [“Mungkin naluri kebapakannya tersengat untuk membela anak
dan sekaligus membela dirinya sendiri” (Negeri 5 Menara, hal. 20)]
·
Dapat dipercaya : [“Amanat
dari jamaah surau kami untuk membeli seekor sapi untuk kurban idul adha minggu
depan telah ditunaikan Ayah” (Negeri 5 Menara, hal.91)]
d) Alif
·
Seorang lelaki yang penurut
: [“Selama ini aku anak penurut” (Negeri 5 Menara, hal.11)]
·
Ragu-ragu : [“Bahkan
sesungguhnya aku sendiri belum yakin betul dengan keputusan ini” (Negeri 5
Menara, hal.18)]
·
Teliti : [“Sejenak, aku cek
lagi kalau semuanya telah rapi dan licin, tidak ada gombak dan kusut” (Negeri 5
Menara, Hal. 84)]
e)
Dulmajid
·
Seorang lelaki yang Mandiri :
[“Tentu saja saya datang sendiri,” (Negeri 5 Menara, hal.27)]
·
Semangat : [“Animo belajarnya memang maut” (Negeri 5 Menara, hal.46)]
·
Jujur, tegas serta setia kawan : [“Aku menyadari dia orang paling jujur,
paling keras, tapi juga paling setia kawan yang aku kenal.” (Negeri 5 Menara,
hal.46)]
f)
Raja
·
Seorang lelaki yang Percaya
diri : [“Raja Lubis yang duduk di meja paling depan maju” (Negeri 5 Menara,
hal.44)]
·
Ekspresif : [“…Tampak
mengayun-ayunkan tinjunya diudara sambil berteriak “Allahu Akbar!” (Negeri 5
Menara, hal.108)]
·
Pantang menyerah : [“Jangan. Kita coba dulu. Aku saja yang maju duluan,”
(Negeri 5 Menara, hal.124)]
g)
Atang
·
Menepati Janji : [“Sesuai Janji, Atang yang membayari ongkos” (Negeri 5
Menara, hal.221)]
·
Baik : [Aku bersyukur sekali mempunyai teman-teman yang baik dan
tersebar dibeberapa kota seperti Atang dan Said.” (Negeri 5 Menara, hal.226)]
h)
Said
·
Seorang lelaki yang memberi
motivasi : [“…senyum dan cerita yang mengobarkan semangat” (Negeri 5 menara,
hal.45)]
·
Berfikir dewasa :
[“Perawakan yang seperti orang tua dan cara berpikirnya yang dewasa membuat
kami menerimanya sebagai yang terdepan” (Negeri 5 menara, hal.156)]
·
Seorang lelaki yang
mengambil kebaikan dari suatu kejadian : [“Aku sendiri mengagumi caranya
melihat segala sesuatu dengan positif” (Negeri 5 Menara, hal.156)]
·
Baik : [Aku bersyukur sekali mempunyai teman-teman yang baik dan
tersebar dibeberapa kota seperti Atang dan Said.” (Negeri 5 Menara, hal.226)]
i)
Baso
·
Seorang lelaki yang Disiplin
: [“Dia begitu disiplin menyediakan waktu untuk membaca buku favoritnya”
(Negeri 5 Menara, hal.92)]
·
Rajin : [“Baso anak paling
rajin diantara kami” (Negeri 5 Menara, hal.92)]
·
Sunguh-sungguh : [“Hampir
setiap waktu kami melihat Baso membaca buku pelajaran dan Al-Quran dengan
sungguh-sungguh” (Negeri 5 Menara, hal.357)]
·
Pendiam, Pemalu serta
Tertutup : [“Selama ini memang Baso lah kawan kami yang paling Pendiam, Pemalu
dan tertutup” (Negeri 5 Menara, hal.359)]
j)
Ustad Salman
·
Seorang lelaki yang Kreatif
: [“Itulah gaya unik Ustad Salman, selalu mencari jalan kreatif untuk terus memantik
api potensi dan semangat kami” (Negeri 5 Menara, hal.106)]
k)
Kiai Rais
·
Seorang lelaki separuh baya
yang menjadi contoh di PM : [“…yang menjadi panutan kita dan semua orang selama
di PM ini” (Negeri 5 Menara, hal.49)]
·
Berbakat : [“Kiai Rais
adalah sosok yang bisa menjelma menjadi apa saja” (Negeri 5 Menara, hal. 165)]
l)
Tyson
·
Seorang lelaki yang Tegas :
[“…Terlambat adalah terlamabat. Ini pelanggaran” (Negeri 5 Menara, hal.66)]
m) Ustad Torik
·
Seorang lelaki yang Tegas :
[“Kalian sudah tahu aturan adalah aturan. Semua yang ikut ke Surabaya saya
tunggu di kantor. SEKARANG JUGA.” (Negeri 5 Menara, hal.351)]
3.
Latar
a)
Latar tempat
·
Kantor Alif
(Washington DC)
[“Dari balik kerai tipis di
lantai empat ini..” (Negeri 5 Menara, hal.1)]
·
Rumah Alif (Maninjau, Bukittinggi)
[“Sampai sekarang kami masih tinggal di rumah kontrakan beratap seng dengan
dinding dan lantai kayu” (Negeri 5 Menara, hal.7)]
·
Trafalgar Square (London)
[“Tidak lama kemudian aku sampai
di Trafalgar Square, sebuah lapangan beton yang amat luas.” (Negeri5 Menara,
hal.400)]
·
Pondok Madani
[“Tidak
terasa, hampir satu jam kami berkeliling PM.” (Negeri 5 Menara, hal.35)]
·
Rumah Atang (Bandung)
[“Kaca depan rumahnya menempel
sebuah stiker hijau dengan gambar matahari di tengahnya” (Negeri 5 Menara,
hal.218)]
·
Rumah Said (Surabaya)
[“...Mengajak kami keliling ke
berbagai objek wisata di sekitar Surabaya...” (Negeri 5 Menara, hal.226)]
· Apartemen Raja (London)
[“Malam itu kami menginap di
apartemen Raja di dekat Stadion Wembley...” (Negeri 5 Menara, hal.402)]
b)
Latar waktu
·
Dini hari
[“Dalam perjalananku dari Padang ke Jawa Timur, aku sempat sekilas melewati
Jakarta jam tiga dini hari.” (Negeri 5 Menara, hal.47)]
·
Pagi hari
[“Sejak
dari pagi buta suasana PM sudah heboh.” (Negeri 5 Menara, hal.214)]
·
Sore hari
[“Tidak siap menjawab pertanyaan interogatif di senja bergerimis dalam keadaan
kepayahan ini.” (Negeri 5 Menara, hal.66)]
·
Malam hari
[“Malam ini adalah salah satu
dari malam-malam inspiratif yang digubah oleh Ustad Salman.” (Negeri 5 Menara,
hal.108)]
c)
Latar Suasana
·
Sepi
[“Diam sejenak. Sebuah pesan baru muncul lagi” (Negeri 5 Menara, hal.3)]
·
Emosi
[“Sebelum mereka menyahut, aku telah membanting pintu dan menguncinya”
(Negeri 5 Menara, hal.10)]
·
Takut
[“Aku
katupkan mataku rapat-rapat. Apa yang akan dilakukan Tyson ini padaku” (negeri
5 Menara, hal.66)]
·
Gugup
[“Kalimat yang sudah aku bayangkan
tadi berantakan di bawah sorot mata Ustad Torik yang bikin ngilu.” (Negeri 5
Menara, hal.126)]
·
Bahagia
[“Dengan
penuh kemenangan kami keluar dari gerbang PM” (Negeri 5 Menara, hal.127)]
·
Sedih
[“Di
ujung kelopak matanya aku menangkap kilau air yang siap luruh. Suaranya kini
bergetar” (Negeri 5 Menara, hal.360)]
4.
Alur
Alur
yang ada dalam novel “Negeri 5 Menara”, yaitu alur maju-mundur. Hal ini
dibuktikan oleh beberapa tahapan sebagai berikut:
·
Pengenalan / Awal
cerita
Awal cerita dalam novel ini
dibuka oleh Alif yang telah tinggal di Washington DC, Amerika Serikat dengan
pekerjaannya sebagai Wartawan VOA, lalu setelah itu ia kembali mengingat masa
lalunya saat konflik dimulai ["Aku tersenyum. Pikiranku langsung terbang
jauh ke masa lalu. Masa yang sangat kuat terpatri dalam hatiku" (Negeri 5
Menara, hal. 4)]
·
Timbulnya konflik /
Titik awal pertikaian
Awal Pertikaian dimulai saat
Amak menyuruh Alif untuk tidak melanjutkan sekolahnya ke SMA tetapi ke
Pesantren dan Alif menolak permintaan Amak pada saat baru diberitahukan. Tetapi
akhirnya, Alif pun bersedia bersekolah di pesantren yang terletak di luar pulau
Sumatera walaupun hanya setengah hati : [“Jadi Amak minta dengan sangat waang
tidak masuk SMA. Bukan karena uang tapi supaya ada bibit unggul yang masuk
madrasah aliyah.” (Negeri 5 Menara, hal.8)]
·
Puncak konflik /
Titik puncak cerita
Titik puncak cerita dimulai saat
Alif sudah naik kelas 6 di Pondok Madani (PM) dan menjadi puncak rantai makanan
alias kelas tertinggi di Pondok Madani : [“Seketika rasa ini melempar ingatanku
kembali ke PM, ketika kami naik kelas enam, kelas pemuncak di PM.” (Negeri 5
Menara, hal.288)]
·
Antiklimaks
Antiklimaks dalam novel ini
dimulai pada saat Alif serta santri PM lainnya akan mengadakan ujian akhir yang
dilaksanakan oleh siswa tahun terakhir PM. [“Inilah ujian yang paling berat
yang paling berat yang anak-anak temui di PM” (Negeri 5 Menara, hal.378)]
·
Penyelesaian masalah
Pada akhirnya, setelah alif
menyelesaikan ujian pamungkas di PM serta lulus dari PM, cerita berbalik ke Alif
yang telah sampai di London untuk bertemu dengan Atang dan Raja yang merupakan
anggota Sahibul Menara : (Negeri 5 Menara, hal.400)
5.
Sudut Pandang
Sudut
pandang yang digunakan pengarang dalam novel tersebut, yaitu sudut pandang
orang pertama tunggal dengan “Aku” sebagai tokoh utama. Hal ini dibuktikan oleh
pengarang yang selalu menyebut tokoh utama dengan kata “Aku” saat di narasi, di
mana seakan-akan pengarang adalah si tokoh utama : [“Iseng aja, aku mendekat ke
jendela kaca dan menyentuh permukaannya dengan ujung telunjuk kananku” (Negeri
5 Menara, hal.1)]
6.
Gaya Bahasa
·
Majas Personifikasi
[“Hawa dingin segera menjalari
wajah dan lengan kananku” (Negeri 5 Menara, hal.1)]
·
Majas hiperbola
[“Muka dan kupingku bersemu merah
tapi jantungku melonjak-lonjak girang.” (Negeri 5 Menara, hal.5)]
·
Majas Metafora
[“Matahari sore menggantung condong ke barat berbentuk piring putih susu”
(Negeri 5 Menara, hal.1)]
7.
Amanat
Amanat
yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara ini adalah bahwa dalam mengejar
semua cita-cita beserta impian, tidak semuanya berjalan sesuai dengan apa yang
telah kita rencanakan tapi semuanya berjalan seiring bagaimana kita
menyelesaikan rintangan yang datang menghadang dan untuk mendapatkan menggapainya
juga, kita harus mengorbankan sesuatu.
B. Unsur-Unsur Ekstrinsik
a. Nilai Ketuhanan
·
Sangat banyak nilai ketuhanan yang terkandung dalam novel Negeri 5
Menara, diantaranya kita sebagai manusia sama di sisi ALLAH.
b. Nilai Moral
·
Kebersamaan Sahibul Menara
dalam menghadapi segala hal dengan kerja sama dan pantang menyerah
c. Nilai Sosial
·
Di kehidupan pesantren, kita tidak diajarkan untuk egois, tapi saling membantu
satu sama lain, mengutamakan kesolidaritasan.
d. Nilai Ekonomi
·
Para pengajar di Pondok
Madani tidak meminta untuk dibyar, mereka ikhlas mendidik santri karen ALLAH
SWT, serta santri di Pondok Madani yang banyak kekurangan secara ekonomi tetapi
masih bisa bersekolah di Pondok Madani.
e. Nilai Budaya
·
Anak laki-laki dan seorang ayah masyarakat Minangkabau tidak pernah
berangkulan : [“Di kampungku memang tidak ada budaya berangkulan anak laki-laki
dan seorang ayah” (Negeri 5 Menara, hal.38)]
f. Nilai Agama
·
Novel ini menceritakan tentang kehidupan pesantren yang selalu
mengajarkan nilai-nilai agama, mulai dari keikhlasan, bersikap jujur, disiplin
dan lain sebagainya : [“Bacalah Al-Quran dan hadits dengan mata hati
kalian....” (Negeri 5 Menara, hal.113)]
C. Hasil Temuan
Temuan yang didapatkan dalam Novel “Negeri 5 Menara”
a. Disini
penulis menemukan bahwa, anak-anak yang disekolahkan di pesantren identik
dengan anak-anak yang nakal, kekurangan baik secara ekonomi maupun akademik.
[“Akibatnya, madrasah menjadi tempat murid warga kelas dua, sisa-sisa...”
(Negeri 5 Menara, hal.7)].
b. Hal-hal yang
harus kita hadapi dalam kehidupan pesantren yang keras, kita tidak boleh
berleha-leha, harus bisa mengatur waktu.
0 komentar:
Posting Komentar