PUISI
Puisi adalah salah satu
jenis karya sastra yang terdiri dari bait dan kata-kata yang indah dan penuh
akan makna. Menulis puisi sama artinya dengan menuliskan perasaan kita. Marah,
kecewa, sebal, senang, kagum, adalah beberapa contoh dari perasaan kita.
Perasaan itu muncul karena respons kita pada suatu objek. Karena menyangkut
perasaan, maka bahasa yang indah dan menyentuhlah yang dibutuhkan dalam membuat
puisi.
Semua orang bisa membuat puisi, hanya saja kemauanlah
yang menjadi modal dasar menulis puisi. Setiap manusia mempunyai pengalaman
merasakan kesedihan, kebahagian atau keharuan, maka itulah yang menjadi bahan
dasar untuk membuat puisi. Karena semua manusia mempunyai perasaan tersebut
maka setiap manusia pasti dapat menuliskan dan melukiskan perasaannya kedalam
sebuah bentuk puisi, asala ada kemauan.
Semoga buku ini dapat menjadi inspirasi bagi pembaca
dalam menulis puisi. Wassallam.
MATI
Penulis
, Ari Setiadi
Wangi parfum hanya tercium, lalu menghilang
Indah pesona paras dara hanya
terlihat, lalu menghilang
Buaian indah ucapan hanya terdengar, lalu menghilang
Nikmatnya semesta yang terasa, lalu menghilang
Aku diujung tanduk
Segalanya campakan daku, kini ku terpuruk
Nyawaku tersiuk-siuk
Semua fanaku tak berarti
Lantas gerangan apa yang kubawa padamu ilahi
|
|
Cipt.
Ari Setiadi
AKU
Aku adalah diriku
Aku bukan orang lain
Ini adalah jiwa dan ragaku
Bukan jiwa dan raga yang lain
Aku tak ingin jadi orang lain
Walau apapun hebatnya itu
Aku tak mau jadi yang lain
Walau sesempurna yang dimilikinya
Hidupku adalah jalanku
Jalanku adalah pilihanku
Aku akan terus mensyukuri
Atas apa yang telah kau beri
Aku adalah aku
|
HUJAN
Penulis, Ari Setiadi
Parasmupun murung, air mata tak terbendung
tetesan demi tetesan terjatuh
geram parasmu lepaskan selongsong
peluru
membuat insan sembunyi terburu-buru
|
Masih
Adakah?
Masih adakah orang jujur di negri ini?
Adakah ?
masih ada.
Tapi mereka tidak dipercaya.
Masih adakah orang ber-akhlak di negri ini
?
Adakah ??
masih ada.
Tapi mereka tidak berwibawa.
Masih adakah orang yang ikhlas di negeri
ini?
Adakah ??
masih ada.
Tapi mereka dianggap tiada.
|
|
cipt.
Ari Setiadi
Buah
Hatiku
Bagai fajar di pagi hari
Mengganti kegelapan malam
Malam yang begitu sunyi
Kini ramai berseri
Raga yang lelah dan letih
Jiwa yang bising tiada ketenangan
Kau hadir di antaran kami
Tiadalah
lelah raga dan jiwaku
Senyuman,tangisan,kenakalanmu
Menjadi penawar sakit jiwa ragaku
Jadilah mawar dan tebarkan wangimu
Hingga dunia harum dengan wangimu
|
MAJU
Chairil
Anwar
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal
baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
|
Karangan Bunga
Taufik Ismail
Tiga anak kecil Dalam langkah malu-malu Datang ke salemba Sore itu. Ini dari kami bertiga Pita hitam pada karangan bunga Sebab kami ikut berduka Bagi kakak yang ditembak mati Siang tadi. |
|
Doa Chairil Anwar
Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namamu Biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh cayaMu panas suci tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku aku hilang bentuk remuk Tuhanku aku mengembara di negeri asing Tuhanku di pintuMu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling 13 November 1943 |
Salemba
Taufik Ismail
Alma Mater, janganlah bersedih Bila arakan ini bergerak pelahan Menuju pemakaman Siang ini. Anakmu yang berani Telah tersungkur ke bumi Ketika melawan tirani. |
SAJAK PUTIH Taufik Ismail Bersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja Di hitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mengalir dari luka Antara kita Mati datang tidak membelah |
|
Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri Perahu melancar, bulan memancar, di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar. angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak ‘kan sampai padanya. Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata: “Tujukan perahu ke pangkuanku saja,” Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh! Perahu yang bersama ‘kan merapuh! Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau, kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri. 1946 |
AKU
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
|