Follow us

Asallamualikum, Wr.Wb terima kasih telah berkunjung di blog saya, semoga blog ini bermanfaat bagi anda sebagi pelajar atau mahasiswa yang membutuhkan materi pembelajaran. Penulis sadar masih banyak kekurangan dari semua ini, untuk itu mohon saran dan komentarnya agar penulis lebih baik lagi. Terima kasih, Ari Setiadi

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 13 November 2013

CERPEN MOTIVASI PENGGUGAH JIWA


CERPEN
Karya  Ari Setiadi
Ini adalah suatu kisah nyata yang saya tulis berdasarkan kisah seseorang yang berada diantara insan di lingkungan SMP Muslimin Cililin. Suatu kisah yang saya ceritakan untuk mengenal dan mengingatkan kita bahwa ada sisi lain yang sering kita lupakan keberadaannya.
Semoga cerita fiksi ini dapat menggugah hati kita, untuk senantiasa peduli dengan keadaan sekitar bersamaan dengan kepentingan kita masing-masing.


NENEK TUA PENCARI SAMPAH

Kering kurus raganya. Begitupun juga dengan nasibnya. Ia tidak akrab dengan teman kita yang bernama lelah. Bahkan ia sama sekali tidak ingin mengenalnya. Di saat setiap orang sangat intim dengan teman kita yang bernama lelah, namun tidak baginya.
Panas terik sang surya di SMP Muslimin siang itu begitu gagah. Pintu dan jendela tiap kelas dibuka lebar agar sedikit mengurangi rasa panas. Setiap orang di sana banyak yang mengeluhkan pancaran yang diberikan sang surya. Namun bagi nenek tua itu , sang surya menjadi teman baginya. Panas nya pancaran sinar tak ia hiraukan—seakan sengatan panas itu terasa dingin beradu dengan kulitnya. Beban yang ia pikul di belakang punggung ranting raganya, terasa ringan seperti memikul sehelai kain atau kapas. Karung yang berisi botol-botol bekas minuman, plastik, dan sejenisnya -- yang ia pungut di halaman bahkan di dalam kelas, telah menjadi penyelamat dalam hidupnya. Ia gantungkan hidupnya pada butir-butir botol plastik bekas yang ia cari dan temukan di lingkungan sekolah.
****

Suasana di sekolah SMP Muslimin siang itu sangatlah ramai. Terlebih-lebih menjelang waktu istirahat dan waktu pulang. Jika bel sekolah tanda istirahat berbunyi, seluruh siswa berhamburan untuk mencari teman perut mereka. Yah, jajan.  Suatu anugrah besar bagi para pedagang yang ada disekitar lingkungan sekolah itu. “Bagaimana tidak?” Kehadiran anak-anak sekolah merupakan rejeki besar karena dagangan mereka diserbu dan tentunya mereka mendapatkan keuntungan  besar yang tidak jarang mereka dapatkan. Kecuali jika libur tiba.
            Tepatnya pukul  10.10 WIB, bel berbunyi dan seluruh siswa istirahat dari jam belajarnya. Yusuf, seperti biasa jajan di kantin sekolah bersama teman-temanya. Tina, Erlina, Ihram adalah teman dekatnya di kelas maupun di eskul OSIS yang mereka ikuti. Tidak hanya itu saja dikelas yang lain Yusuf mempunyai banyak teman, baik yang mengikuti Eskul OSIS ataupun Eskul lainya. Ia sangat aktif dalam Eskulnya. Yusuf sangat akrab dan disukai teman-temannya. Tidak lain karena ia sangat baik, sopan, perhatian, setia kawan, aktif dalam segala hal, dan juga menghargai dan menghormati teman-temannya. Yusuf tidaklah terlalu pintar. Banyak sekali teman-temanya yang mungkin kemampuan intelektualnya jauh dibandingkan dia. Namun, suatu kelebihan yang tak dimiliki siswa lain—Ia orang yang tak pernah sombong, pejuang materi yang tak pantang menyerah. Kejujuran adalah senjata andalanya. Sehingga tak sedikit guru-guru dan teman-temanya mempercayainya.
            Suatu ketika, Yusuf sedang ngobrol asik bersama teman-temannya dengan sesekali makanan yang ia beli dari kantin dekat kelasnya itu masuk satu per satu ke ruang mulutnya. kadang ia langsung menelanya. Begitupun teman-temanya.  Bersamaan dengan itu, tampak dari halaman di depan kelas mereka,  nenek tua yang sedang memungut sampah plastik  bekas minuman jajanan anak sekolah yang berserakan di kulit bumi dalam lingkungan sekolah SMP Muslimin Cililin. Sesekali nenek tua itu mengambilnya dari tong sampah yang ada disekolah.
Satu, dua, tiga botol bekas minuman itu masuk ke dalam karung yang digendongnya.
            Cuaca siang itu panas sekali. Namun sepertinya tidak dihiraukan oleh nenek tua itu. Tubuhnya yang renta, raganya  sebongkah  ranting, terlihat jelas kulitnya menempel ditulang yang kecil itu. Ia berjalan pelan dengan sedikit membungkuk. Tubuhnya yang kurus memikul karung yang berisi penyelamat hidupnya di belakang punggung kecil itu. Yusuf saat itu berhenti melahap makanan yang ia makan. Matanya tergenang air mata. Raut wajah yang tadi ceria, kini sendu.
      Suf.. kamu kenapa, tadi baik-baik saja?” begitulah Tina dan teman-temanya memanggilnya.
     coba kalian lihat dibelakang kalian, lihat nenek itu” dengan suara pelan yusuf menjawab.
     kita di sini asik terbahak-bahak. Bisa bersenang-senang tanpa perlu memikirkan apapun.  Kita juga terlalu mudah untuk mendapatkan sesuatu, tinggal minta sama orang tua kita. Makanan apa yang tak mampu kita beli di sekolah ini. Semuanya kita bisa
Yusuf melanjutkan.
            “tapi coba kalian lihat nenek itu. Usianya sudah terlalu tua untuk bekerja seperti itu. Usia dimana orang harus sudah mulai istirahat dan tidak boleh kerja berat. Tetapi nenek itu dengan segala sisa tenaganya ia memungut sampah2  yang aku yakin untuk ia tukar dengan sesuap nasi.  Masih pantaskah kita diam melihatnya?”
Menyusul Yusuf, satu persatu teman-temanya berhenti mengunyah makanan yang mereka beli di kantin sekolah. Mereka diam, memandangi nenek tua itu dengan wajah sedikit tertunduk dan mata yang awalnya riang menjadi sayu. Seakan mereka merasakan kesedihan yang mendalam ketika Yusuf berbicara sambil memandangi nenek tua itu.
     “apa yang harus kita lakukan untuk membantu nenek itu?” suara Tina memecah keheningan mereka.
    “entahlah, yang jelas kita tidak bisa berdiam diri melihat nenek itu” Yusuf menjawab.
    “bagaimana kalau kita sekarang kordinasi dengan seluruh anggota OSIS dan lainya untuk menggalang dana bantuan untuk nenek itu? Erliana mengajukan saran.
    “betul itu Erliana, tapi tidak dapat secepat itu. Semunya harus dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan pembina kita Pak Agus Sopandi.”
Yusuf melanjutkan sanggahannya.
“selain itu, sebentar lagi bel tanda masuk berbunyi. Jadi kita tidak memiliki waktu yang banyak untuk mempersiapkannya! Hmm.... bagaimana nanti saja setelah pulang sekolah kita kumpul dulu?”
” Setujuuuu!!!!!..” sontak teman-temanya menjawab secara serempak.
****

Tetttttttttttttttttttttttttttttttttt!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!..........
Bel tanda pulang berbunyi. Begitulah kira-kira bunyinya he he...
Seluruh siswa berhamburan keluar kemudian melaju dan mengarah  kepada satu titik. Titik itu adalah gerbang pintu sekolah. Di luar kendaraan umum sudah menunggu anak-anak sekolah dan siap mengantarkan mereka menuju tempat tinggalnya. Tidak sedikit juga siswa yang dijemput oleh keluarganya jika waktu pulang sudah tiba. Begitu ramai suasana itu.
Namun, tidak bagi Yusuf, Tina, Erlina serta teman-teman dari anggota Eskul lainnya. Mereka hendak menunggu pembina mereka Pak Agus Sopandi. Mereka sudah merencakan suatu kegiatan untuk menggalang dana bantuan, dan meminta ijin dari pembina mereka.
            Dari dalam pintu ruangan Tata Usaha, nampak seseorang dengan tubuh tinggi atletis keluar dan menuju ke arah Yusuf dan teman-temannya. Kulitnya hitam dengan mata yang tajam. Berhiaskan kalung peluit yang selalu melekat dan melingkar di lehernya. Dialah Pak Agus Sopandi.
“Asallamualaikum?”
”wa...waalaikum salam pak!” serentak yusuf dan teman-temanya menjawab.
“Bapak dengar, ada yang mau kalian bicarakan dengan bapak?” Pak Agus bertanya.

Setelah itu, anak-anakpun menceritakan semuanya dan juga keinginan mereka untuk membantu nenek tua itu dengan cara menggalang dana bantuan.
Pak Agus pun sangat mendukung kegiatan ini dan segera membuatkan surat ijin Penggalangan dana bantuan itu. Pak Agus sangat kagum dan bangga atas jiwa sosial yang ditunjukan anak-anak didiknya. Selama ini, mereka hanya patuh dan bergerak sesuai intruksi pembinanya. Kini, jiwa sosial mereka terbangun dengan melihat penderitaan seorang nenek pemulung sampah yang sering masuk kelingkungan sekolah.
****

Paginya. Acara penggalangan danapun dilakukan ketika dalam kegiatan belajar. Kenapa seperti itu, tidak lain karena pada saat jam belajar seluruh siswa dan guru berada dalam kelas. Walau waktu belajar mereka terganggu sedikit, tetapi mereka sangat senang.
            Mendengar penjelasan dari kegiatan penggalangan dana itu, ternyata banyak sekali siswa yang ikut berpartisipasi mendukung kegiatan itu berupa dana yang mereka  berikan. Sehingga dana yang terkumpul pun banyak sekali. Tidak menunggu waktu lama, Yusuf, Tina, Santi, dan Ihram yang menjadi perwakilan untuk menyerahkan dana tersebut berangkat menuju rumah nenek itu.  Sebelum kegiatan penggalangan tersebut, terlebih dahulu mereka mencari informasi tentang keberadaan dan alamat rumah nenek itu dari masyarakat yang tinggal dekat dengan gedung sekolah.
            Gayung bersambut.  Nenek itu sedang berada dirumahnya yang kecil. Bangunan kayu yang sudah  terlihat  rapuh dan tua. Mungkin usia rumah itu  lebih tua dari usia pemiliknya. Yusuf  dan teman-temanya hanya berdiri diam dan memandang pemandangan rumah yang begitu menyedihkan. Kalau bisa, Yusuf ingin menangis melihat semua itu. Namun  ia tahan pilu itu dengan keteguhan hatinya.
Tak lama setelah itu, nenek itu keluar dari dalam rumahnya.
“Mau pada kemana dek?”  suara pelan nenek itu bertanya.
Yusuf dan teman-temanya saling berpandangan dan berharap ada yang dapat memulai pembicaraan untuk mengutarakan maksud kedatangan mereka. Tiba-tiba terdengar suara perempuan memulai pembicaraan.
“Asallamualaikum nek? Kami hendak bertemu nenek” Tina memulai untuk mengutarakan maksud.
“wa allaikum salam nak. Kalau begitu mari masuk. Maaf rumah nenek seperti ini” nenek menjawab
“Maaf nek, be..begini. maksud kedatangan kami -- ingin memberikan bantuan atas nama seluruh siswa-siswi SMP Muslimin Cililin berupa dana yang nantinya dapat nenek gunakan untuk kebutuhan sehari-hari, juga dapat nenek gunakan untuk berjualan. Nantinya nenek tidak perlu lagi kerja capek-capek memungut sampah. Nenek bisa berdagang di dekat sekolah.”  Ucap tina.
Namun nenek itu tidak menjawab. Hanya terdiam beberapa saat. Kemudian nenek menjawab melalui  tetesan demi tetesan air mata yang keluar dari matanya yang sayu. Ditemani isak tangis yang membuat suasana rumah itu sunyi. Setelah beberapa saat, nenek itu memandangi anak-anak dihadapannya. Dan berkata.
“andai saja nenek punya anak seperti kalian, alangkah bahagianya”
“nenek tidak punya siapa-siapa disini, bahkan diluarpun hanya sepi yang nenek rasakan. Banyak sekali orang di luar sana, tetapi sepertinya nenek merasa sendiri. Nenek rasa tidak ada lagi yang peduli sama nenek yang tua ini”
tetapi nenek baru menyadari. Dengan datangya kalian ke sini, nenek merasa tidak sendiri. Terimakasih Ya Allah, kau telah ciptakan anak-anak baik ini di dunia. Semoga kalian menjadi orang yang berguna dan dikabulkan semua cita-cita kalian oleh Allah nak!.”

    “Amin Ya Robb” serentak Yusuf dan teman-temanya mengamini doa nenek itu.
Lalu kemudian Tina merangkul dan mencium tangan nenek itu. Kemudian Yusuf dan teman yang lainya melakukan hal yang sama. Setelah lama mereka berada di rumah nenek itu, kemudian Yusuf dan kawan-kawanpun pamit.
“Nek, kami pulang dulu ya.”  ucap Yusuf
“jaga diri nenek baik-baik, jangan kerja terlalu berat” Tina menambahkan.
“Kalau begitu kami pulang dulu nek, Asallamualaikum!” Erlina mengakhiri pembicaraan dengan salam.

Setibanya di Sekolah. Yusuf, Tina, Ihram dan Santi pun disambut dengan gemuruh tepuk tangan dari seluruh siswa-siswi SMP Muslimin Cililin. Karena telah membuat seluruh siswa dan juga guru bangga atas tindakan terpuji yang mereka lakukan.

Selesai


You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "