Follow us

Asallamualikum, Wr.Wb terima kasih telah berkunjung di blog saya, semoga blog ini bermanfaat bagi anda sebagi pelajar atau mahasiswa yang membutuhkan materi pembelajaran. Penulis sadar masih banyak kekurangan dari semua ini, untuk itu mohon saran dan komentarnya agar penulis lebih baik lagi. Terima kasih, Ari Setiadi

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 04 April 2014

Certa. Cinta Suci,



“CINTA INI HANYA UNTUK ISTRI”
Pengarang: Arie Setiadi

Siang itu hujan masih mengguyur kota Cimahi. Nampak jalan-jalan yang melingakari kota itu tergenang air. Kendaraan roda dua terlihat menepi di pinggir-pinggir toko di sepanjang jalan Cimahi. Namun untuk kendaraan roda empat nampaknya hujan tidak menjadi hambatan untuk terus melajukan putaran rodanya.
            Dari kejauhan terlihat mobil BMW 102 hitam memecah air yang menggenang jalanan yang mengarah ke gerbang kampus STKIP Siliwangi Bandung. Suara klaksonnya berbunyi nyaring sebagai pertanda meeminta gerbang dibuka. Beberapa saat mobil telah melewati pos satpam di depan gerbang dan parkir dii halaman gedung dosen Jurusan Sastra Indonesia.
            Dari dalam mobil itu, keluarlah seorang gadis cantik dengan terburu-buru dan setengah berlari menghindari derasnya hujan yang dapat membuat pakaiannya basah. Gadis itu adalah Doktor Chandrika Julia Tantri, M.Sc. Dosen Muda yang mendapatkan gelar Doktor di luar negeri. Layaknya seorang pemikir atau akademisi yang identik dengan pakaian culun, baku, serius atau cufu, tetapi tidak untuk Doktor Chandrika. Doktor Chandrika sangat memperhatikan penampilannya. Dari cara berpakaian, dan penampilannya  dia sangat teliti. Selain cerdas ia dianugrahi wajah rupawan. Sehingga tak jarang Doktor muda ini banyak mendapatkan perhatian dari kalangan Dosen ataupun mahasiswanya. Namun entah kenapa Doktor ini belum juga mendapatkan jodohnya. Kalau alasannya tidak ada pria yang mendekatinya, tidak masuk akal. Namun, kalau alasannya banyak pria yang ditolak masih bisa diterima. Tetapi apa alasannya menolak? Belum ada yang cocok kah? Atau apa? Hanya hatinya yang tahu.
****
Satu minggu Aries tidak ke kekampus STKIP Siliwangi untuk melakukan penelitian tesisnya. Ia  marah dan tidak terima atas perlakuan semena-mena Doktor Chandrika saat selesai seminar Sastra waktu Minggu lalu. Perlakuan yang merendahkan serta menjadi suatu musibah baginya.
Saat itu, Aries mengganti salah satu narasumber Sastra, Pak Makmur Sadee karena berhalangan hadir pada seminar Sastra Indonesia itu.  Doktor Chandrika sebagai pembimbing dalam tesisnya memilihnya untuk menggantikan Narasumber Sastra tersebut, karena wawasan sastra Aries sangat bagus menurutnya. Ditambah Aries sangat begitu menyukai dan begitu mendalami Sastra dari apa yang dipaparkan Arie, saat ia bertanya tentang Keilmuan Sastra, dan Aries menjelaskannya begitu dalam sehingga membuat Doktor Chandrika kagum padanya. Dan hal ini yang membuat Doktor Chandrika meminta Arie menggantikan salah satu narasumber Sastra itu.
Aries menjadi pembicara terakhir di acara itu. Karena hanya ia yang belum bergelar Doktor diantara narasumber yang lainya. Dalam pemaparan yang ia sampaikan, lebih dalam dan juga lebih mudah dipahami oleh para pendengar di Aula kampus itu. Dari beberapa narasumber yang lebih dulu berbicara, ia menyampaikan dengan bahasa yang sangat akrab ditelinga para pendengarnya. Riuh tepuk tangan bergemuruh untuknya, disela-sela jeda bicaranya, sampai diakhir pembicaraan gemuruh tepuk tangan terus terdengar. Sampai-sampai Doktor Chandrika terlihat memberikan standing aplause padanya. Wajah Doktor Chandrika terlihat paling binar saat itu. Rasa kagum dari dalam maupun dari luar tak sempat dan tak bisa ia sembunyikan kepada mahasiswa bimbingannya, Aries.
Karena rasa kagum dan bangga yang berlebih, Doktor Chandrika tak dapat mengendalikan jiwanya untuk memberikan sesuatu  yang belum pernah ia berikan pada lelaki manapun,  menurutnya adalah suatu ungkapan rasa kagumnya pada Aries. Sampai terjadilah kejadian itu. Aries tak sempat mengelak dari terjangan Doktor Chandrika yang mendaratkan ciuman di pipinya.  Doktor Chandrika tampak bahagia setelah melakukan hal itu. Sebaliknya, Aries tertunduk kaku. Wajahnya merah padam. Kemarahan dalam hati menguasainya. Mengapa ia tak bisa mengelaknya saat itu.
****

Doktor Chandrika siang itu terlihat mondar-mandir di ruang kerjanya. Ada suatu hal yang membuatnya resah. Sudah lebih dari satu minggu Aries tidak ke STKIP Siliwangi untuk melanjutkan penelitiannya. Apakah ia sakit? Apa ia sudah kembali pulang? Apa ia ada kegiatan lain? Apa sudah selesaikah penelitiannya, tapi? Pertanyaan-pertanyaan itu selalu bergiliran masuk dalam benaknya.
“ Apa mungkin ia malu menemuiku, karena waktu itu? “ ia terus bergumam dalam hatinya.
“Aku melakukannya dengan sepenuh hati, jadi aku yakin ia pasti merasakan ketulusanku. Karena pada dasarnya, apapun yang dilakukan dengan sepenuh hati pasti akan dirasakan oleh hati. Begitupun pada Aries”.
 “ Tapi mengapa selama ini? Teleponnya gak aktif, sms ku juga tidak ia balas. Ach!!!” Doktor Chandrika nampak mulai kesal dari apa yang sedang menimpa dirinya. Mungkinkah ia benar-benar telah jatuh hati secara diam-diam pada Aries.
Dari peningkatan perubahan sikapnya selama ini, ia betul-betul yakin saat ini ia telah jatuh hati. Jatuh hati pada mahasiswa bimbingannya, Aries. Hal yang belum pernah ia rasakan saat berhadapan dengan beberapa pria sebelumnya.
Aries adalah pria yang berbeda. Dari wajah, Aries tidak ganteng juga tidak jelek. Banyak pria kenalannya yang ganteng, kaya lagi. Dari kekayaan, Aries hanya mahasiswa S2 yang meraih beasiswa, yang bisa dipastikan ia serba pas-pasan. Dari semangatnya belajar, intelektual, dan kepribadiannyalah ia dapat membedakan Arie dengan pria lainnya yang ia kenal. Aries cerdas tapi ia juga punya kepribadian baik. Ahlak adalah salah satu sifat dan sikap yang mulai luntur dikalangan para intelek saat ini. Mungkin Cuma itu yang lihat saat ini dari Aries.

Doktor Chandrika sudah mengambil keputusan bulat, jika sampai sore Aries tidak juga memberi kabar dan tidak juga datang, ia akan  mendatangi kosan Arie. Jika bertemu di sana, dia bersyukur. Jika ternyata Arie tidak ada di kosannya, ia akan menunggu sampai Aries pulang.
" Doktor Chandrika, apa kabar?" Seseorang menyapanya. Karena kedua matanya tertuju sepenuhnya pada layar laptop, dan pikirannya mengembara ke mana-mana, Chandrika sama sekali tidak sadar kalau ada seseorang memasuki ruangan itu dan kini orang itu telah berdiri tak jauh di hadapannya. Doktor Chandrika mengangkat pandangannya dan ia terkesima seketika.
"Oh kau!" Kata Doktor Chandrika setengah tidak percaya.
"Ya. Kenapa Doktor seperti kaget begitu?" Jawab orang itu dengan tenang, yang tak lain adalah Arie Setiadi.
"Aku kira kau tidak akan datang lagi? Aku kira kau sudah pulang ke kampungmu  ?" Doktor Chandrika menjawab sekenanya.
"Di mana saja kau selama ini? Kau tidak memberi kabar, tidak sms, juga tidak menelpon.
Ditelpon tidak bisa, disms tidak dibalas. Ada apa denganmu?" Lanjut Chandrika sambil bangkit dari tempat duduknya. Doktor muda itu nampak bahagia dengan kedatangan Aries.
"Maafkan saya Doktor, agak lama saya tidak memberi kabar, saya ada sedikit masalah."
"Masalah apa?"
"Saya sedang marah kepada seseorang."
"Marah kepada seseorang? Apa hubungannya dengan kehadiranmu ke sini?"
"Sangat berhubungan. Sebab, terus terang saja, saya marah pada Anda, Doktor?"
"Marah pada saya? Apa yang saya lakukan sehingga membuatmu marah?"
"Anda telah berlaku tidak patut pada saya."
"Apa itu? Saya tidak paham."
"Anda telah mencium  saya dengan semena-semena."
"Jadi karena ciuman itu?!" Doktor Chandrika kaget.
"Ya."
"Itu biasa saja. Aku pikir kau suka."
"Aku tidak mau mendapat ciuman dari perempuan yang tidak halal bagi saya. Anda bukan siapa-siapa saya. Bukan ibu saya, bukan kakak saya, dan bukan adik saya. Anda tidak halal bagi saya. Anda tidak boleh mencium saya. Dan saya tidak boleh mencium Anda. Kalau Anda mencium saya atau saya mencium Anda, kita telah menodai kesucian diri kita. Kita telah melakukan dosa. Itu ajaran agama saya."
"Kalau istri mencium suaminya?"
"Boleh. Halal. Bahkan mendatangkan pahala dari Tuhan."
"Maafkan aku kalau begitu. Aku tidak tahu. Aku tidak akan mengulanginya, kecuali nanti kalau aku suatu saat halal bagimu." Kata Doktor Chandrika pelan.
Hati Aries bergetar mendengar kata-kata Doktor Chandrika. Kalimat terakhirlah yang membuat hatinya bergetar. Seolah doktor         cantik itu berharap, suatu saat akan menjadi perempuan yang halal baginya.
"Baiklah. Kita lupakan saja yang sudah berlalu. Semoga ini tidak terjadi lagi” Aries menutup pembicaraan.
Keadaan menjadi hening. Ke duanya saling terdiam. Doktor Chandrika menundukan wajahnya, masih merasa menyesal. Ia memang berbeda keyakinan dengan Aries yang Muslim. Setidaknya ia dapat pelajaran yang berarti dari kejadian itu, yang tidak ada dalam ajaran agamanya. Hal itu sudah diangap biasa. Seketika Chandrika memecah keheningan itu.
“Bo,boleh saya bertanya?”
“Boleh Bu, Kalau saya dapat menjawabnya, Insyaallah” Aries mempersilahkan.
“Kamu sudah punya pacar? Ehh,,, anuu... calon istri maksudnya”
“kalau Calon dulu saya pernah tunangan dengan seorang gadis di desa saya. Tapi, ia telah membebaskan saya, karena saya harus melanjutkan kuliah selama 2 tahun lebih”
“Kalau begitu kamu batal tunangannya, apa dia sudah menikah sekarang?” dari lubuk hati paling dalam ia berharap-harap cemas terhadap jawaban nanti yang akan Aries katakan.
“Aku tidak tahu, apakah dia sudah menikah atau masih menunggu aku bu.”
            “O”. Hanya “O” yang terlontar dari mulut Doktor Chandrika.
            “emmm,, kamu mencintainya?” Doktor Chandrika melanjutkan.
            “Tidak.”
Doktor Chandrika tersentak. Kaget atau gembira atau apa yang dirasakannya dari perkataan yang ia dengar dari Aries.
            “ke,kenapa?” Doktor Chandrika kembali melanjutkan dengan suara pelan.
            “Bu, saya hanya akan mencintai wanita yang telah jadi istri saya. Saya akan melimpahkan seluruh rasa cinta dan kasih dengan segenap jiwa ini hanya pada istri saya nanti. Saya akan memberikan cinta dan kebahagian hanya pada istri saya kelak. Bukan yang lain. Itulah kenapa saya tidak mencintainya, karena ia belum halal bagi saya.”
           
Mendengar jawaban itu, Doktor Chandrika tertunduk. Ia terdiam kaku. Suasana menjadi hening kembali. Ucapan yang telah Arie katakan telah menotok seluruh sarafnya sehingga ia tidak mampu mengerakan anggota tubuhnya. Tiba-tiba air menetes dari matanya yang terjatuh menabrak lantai dibawah wajahnya yang kini tertunduk.
            Seumur hudup, baru kali pertama ia mendengar ucapan tersebut dari mulut seorang lelaki.  Ucapan itu menghujam hatinya. Ucapan yang hanya dapat di ucapkan oleh pria yang mempunyai cinta sejati. Cinta yang akan membawanya ketika hidup sampai ia mati. Terdengar begitu tulus ucapan itu dari mulut Aries. Dalam lubuk hatinya, Ia kini hanya berharap Tuhan memberikan kesempatan padanya untuk mendapatkan cinta itu. Yah, mendapatkan cinta itu.

Tetapi perbedaan keyakinan antara ia dengan Aries, membuatnya sedikit kecewa. Andai saja ada pria seperti Aries yang agama dan keyakinannya sama dengannya? Tapi, sampai saat ini ia belum menemukannya.
Di sisi lain, Aries merasakan ada keanehan dari sikap Doktor Chandrika selama ini. Ia tahu, kadang ia berfikiran apakah Doktor Chandrika menyimpan perasaan padanya? “Astagfirulloh,, ia segera mengusap wajahnya, membuang pikiran itu jauh-jauh. Dan memohon perlindungan Allah dari nafsu yang dapat menjerumuskannya”
Doktor Chandrika memecah kehenginan kembali. Dengan menutup matanya ia seperti memaksakan suatu ucapan dari mulutnya yang kini terasa berat untuk berucap.
“hm,, an,,andai saja. a aku bisa menjadi. Hmmm.. istrimu, senangnya hatiku”
Petir seperti menyambar ubun-ubun Aries, ketika ia mendengar apa yang Doktor Chandrika katakan. Ia terperanjat. Seakan tak percaya dari apa yang telah ia dengar dari mulut seorang Doktor Muda nan cantik dan cerdas itu. Kini ia telah kebingungan, gilirannya kini yang dibuat terpaku dan dibuatnya tak bergerak. Seolah seluruh urat syarafnya terhenti saat mendengar itu.  Ia sesungguhnya bahagia mendengar itu, tetapi ada sesuatu yang masih menghalanginya untuk menerima kebahagian itu.
Ingin sekali ia mengatakan “iya” tapi ia tidak yakin dengan itu. Jika ia katakan “tidak”, masih. Ia masih tidak yakin. Pikiran dan hatinya kini terbalut dengan ketidakyakinan. Terus berpikir dan mecari apa yang dapat membuatnya yakin untuk menjawab perkataan Doktor Chandrika.
Apakah itu?
Hanya Tuhan yang tahu isi hatinya.

=============================================================

Bersambung ...Serrial 2

Certa. Cinta Suci,



“CINTA INI HANYA UNTUK ISTRI”
Pengarang: Arie Setiadi

Siang itu hujan masih mengguyur kota Cimahi. Nampak jalan-jalan yang melingakari kota itu tergenang air. Kendaraan roda dua terlihat menepi di pinggir-pinggir toko di sepanjang jalan Cimahi. Namun untuk kendaraan roda empat nampaknya hujan tidak menjadi hambatan untuk terus melajukan putaran rodanya.
            Dari kejauhan terlihat mobil BMW 102 hitam memecah air yang menggenang jalanan yang mengarah ke gerbang kampus STKIP Siliwangi Bandung. Suara klaksonnya berbunyi nyaring sebagai pertanda meeminta gerbang dibuka. Beberapa saat mobil telah melewati pos satpam di depan gerbang dan parkir dii halaman gedung dosen Jurusan Sastra Indonesia.
            Dari dalam mobil itu, keluarlah seorang gadis cantik dengan terburu-buru dan setengah berlari menghindari derasnya hujan yang dapat membuat pakaiannya basah. Gadis itu adalah Doktor Chandrika Julia Tantri, M.Sc. Dosen Muda yang mendapatkan gelar Doktor di luar negeri. Layaknya seorang pemikir atau akademisi yang identik dengan pakaian culun, baku, serius atau cufu, tetapi tidak untuk Doktor Chandrika. Doktor Chandrika sangat memperhatikan penampilannya. Dari cara berpakaian, dan penampilannya  dia sangat teliti. Selain cerdas ia dianugrahi wajah rupawan. Sehingga tak jarang Doktor muda ini banyak mendapatkan perhatian dari kalangan Dosen ataupun mahasiswanya. Namun entah kenapa Doktor ini belum juga mendapatkan jodohnya. Kalau alasannya tidak ada pria yang mendekatinya, tidak masuk akal. Namun, kalau alasannya banyak pria yang ditolak masih bisa diterima. Tetapi apa alasannya menolak? Belum ada yang cocok kah? Atau apa? Hanya hatinya yang tahu.
****
Satu minggu Aries tidak ke kekampus STKIP Siliwangi untuk melakukan penelitian tesisnya. Ia  marah dan tidak terima atas perlakuan semena-mena Doktor Chandrika saat selesai seminar Sastra waktu Minggu lalu. Perlakuan yang merendahkan serta menjadi suatu musibah baginya.
Saat itu, Aries mengganti salah satu narasumber Sastra, Pak Makmur Sadee karena berhalangan hadir pada seminar Sastra Indonesia itu.  Doktor Chandrika sebagai pembimbing dalam tesisnya memilihnya untuk menggantikan Narasumber Sastra tersebut, karena wawasan sastra Aries sangat bagus menurutnya. Ditambah Aries sangat begitu menyukai dan begitu mendalami Sastra dari apa yang dipaparkan Arie, saat ia bertanya tentang Keilmuan Sastra, dan Aries menjelaskannya begitu dalam sehingga membuat Doktor Chandrika kagum padanya. Dan hal ini yang membuat Doktor Chandrika meminta Arie menggantikan salah satu narasumber Sastra itu.
Aries menjadi pembicara terakhir di acara itu. Karena hanya ia yang belum bergelar Doktor diantara narasumber yang lainya. Dalam pemaparan yang ia sampaikan, lebih dalam dan juga lebih mudah dipahami oleh para pendengar di Aula kampus itu. Dari beberapa narasumber yang lebih dulu berbicara, ia menyampaikan dengan bahasa yang sangat akrab ditelinga para pendengarnya. Riuh tepuk tangan bergemuruh untuknya, disela-sela jeda bicaranya, sampai diakhir pembicaraan gemuruh tepuk tangan terus terdengar. Sampai-sampai Doktor Chandrika terlihat memberikan standing aplause padanya. Wajah Doktor Chandrika terlihat paling binar saat itu. Rasa kagum dari dalam maupun dari luar tak sempat dan tak bisa ia sembunyikan kepada mahasiswa bimbingannya, Aries.
Karena rasa kagum dan bangga yang berlebih, Doktor Chandrika tak dapat mengendalikan jiwanya untuk memberikan sesuatu  yang belum pernah ia berikan pada lelaki manapun,  menurutnya adalah suatu ungkapan rasa kagumnya pada Aries. Sampai terjadilah kejadian itu. Aries tak sempat mengelak dari terjangan Doktor Chandrika yang mendaratkan ciuman di pipinya.  Doktor Chandrika tampak bahagia setelah melakukan hal itu. Sebaliknya, Aries tertunduk kaku. Wajahnya merah padam. Kemarahan dalam hati menguasainya. Mengapa ia tak bisa mengelaknya saat itu.
****

Doktor Chandrika siang itu terlihat mondar-mandir di ruang kerjanya. Ada suatu hal yang membuatnya resah. Sudah lebih dari satu minggu Aries tidak ke STKIP Siliwangi untuk melanjutkan penelitiannya. Apakah ia sakit? Apa ia sudah kembali pulang? Apa ia ada kegiatan lain? Apa sudah selesaikah penelitiannya, tapi? Pertanyaan-pertanyaan itu selalu bergiliran masuk dalam benaknya.
“ Apa mungkin ia malu menemuiku, karena waktu itu? “ ia terus bergumam dalam hatinya.
“Aku melakukannya dengan sepenuh hati, jadi aku yakin ia pasti merasakan ketulusanku. Karena pada dasarnya, apapun yang dilakukan dengan sepenuh hati pasti akan dirasakan oleh hati. Begitupun pada Aries”.
 “ Tapi mengapa selama ini? Teleponnya gak aktif, sms ku juga tidak ia balas. Ach!!!” Doktor Chandrika nampak mulai kesal dari apa yang sedang menimpa dirinya. Mungkinkah ia benar-benar telah jatuh hati secara diam-diam pada Aries.
Dari peningkatan perubahan sikapnya selama ini, ia betul-betul yakin saat ini ia telah jatuh hati. Jatuh hati pada mahasiswa bimbingannya, Aries. Hal yang belum pernah ia rasakan saat berhadapan dengan beberapa pria sebelumnya.
Aries adalah pria yang berbeda. Dari wajah, Aries tidak ganteng juga tidak jelek. Banyak pria kenalannya yang ganteng, kaya lagi. Dari kekayaan, Aries hanya mahasiswa S2 yang meraih beasiswa, yang bisa dipastikan ia serba pas-pasan. Dari semangatnya belajar, intelektual, dan kepribadiannyalah ia dapat membedakan Arie dengan pria lainnya yang ia kenal. Aries cerdas tapi ia juga punya kepribadian baik. Ahlak adalah salah satu sifat dan sikap yang mulai luntur dikalangan para intelek saat ini. Mungkin Cuma itu yang lihat saat ini dari Aries.

Doktor Chandrika sudah mengambil keputusan bulat, jika sampai sore Aries tidak juga memberi kabar dan tidak juga datang, ia akan  mendatangi kosan Arie. Jika bertemu di sana, dia bersyukur. Jika ternyata Arie tidak ada di kosannya, ia akan menunggu sampai Aries pulang.
" Doktor Chandrika, apa kabar?" Seseorang menyapanya. Karena kedua matanya tertuju sepenuhnya pada layar laptop, dan pikirannya mengembara ke mana-mana, Chandrika sama sekali tidak sadar kalau ada seseorang memasuki ruangan itu dan kini orang itu telah berdiri tak jauh di hadapannya. Doktor Chandrika mengangkat pandangannya dan ia terkesima seketika.
"Oh kau!" Kata Doktor Chandrika setengah tidak percaya.
"Ya. Kenapa Doktor seperti kaget begitu?" Jawab orang itu dengan tenang, yang tak lain adalah Arie Setiadi.
"Aku kira kau tidak akan datang lagi? Aku kira kau sudah pulang ke kampungmu  ?" Doktor Chandrika menjawab sekenanya.
"Di mana saja kau selama ini? Kau tidak memberi kabar, tidak sms, juga tidak menelpon.
Ditelpon tidak bisa, disms tidak dibalas. Ada apa denganmu?" Lanjut Chandrika sambil bangkit dari tempat duduknya. Doktor muda itu nampak bahagia dengan kedatangan Aries.
"Maafkan saya Doktor, agak lama saya tidak memberi kabar, saya ada sedikit masalah."
"Masalah apa?"
"Saya sedang marah kepada seseorang."
"Marah kepada seseorang? Apa hubungannya dengan kehadiranmu ke sini?"
"Sangat berhubungan. Sebab, terus terang saja, saya marah pada Anda, Doktor?"
"Marah pada saya? Apa yang saya lakukan sehingga membuatmu marah?"
"Anda telah berlaku tidak patut pada saya."
"Apa itu? Saya tidak paham."
"Anda telah mencium  saya dengan semena-semena."
"Jadi karena ciuman itu?!" Doktor Chandrika kaget.
"Ya."
"Itu biasa saja. Aku pikir kau suka."
"Aku tidak mau mendapat ciuman dari perempuan yang tidak halal bagi saya. Anda bukan siapa-siapa saya. Bukan ibu saya, bukan kakak saya, dan bukan adik saya. Anda tidak halal bagi saya. Anda tidak boleh mencium saya. Dan saya tidak boleh mencium Anda. Kalau Anda mencium saya atau saya mencium Anda, kita telah menodai kesucian diri kita. Kita telah melakukan dosa. Itu ajaran agama saya."
"Kalau istri mencium suaminya?"
"Boleh. Halal. Bahkan mendatangkan pahala dari Tuhan."
"Maafkan aku kalau begitu. Aku tidak tahu. Aku tidak akan mengulanginya, kecuali nanti kalau aku suatu saat halal bagimu." Kata Doktor Chandrika pelan.
Hati Aries bergetar mendengar kata-kata Doktor Chandrika. Kalimat terakhirlah yang membuat hatinya bergetar. Seolah doktor         cantik itu berharap, suatu saat akan menjadi perempuan yang halal baginya.
"Baiklah. Kita lupakan saja yang sudah berlalu. Semoga ini tidak terjadi lagi” Aries menutup pembicaraan.
Keadaan menjadi hening. Ke duanya saling terdiam. Doktor Chandrika menundukan wajahnya, masih merasa menyesal. Ia memang berbeda keyakinan dengan Aries yang Muslim. Setidaknya ia dapat pelajaran yang berarti dari kejadian itu, yang tidak ada dalam ajaran agamanya. Hal itu sudah diangap biasa. Seketika Chandrika memecah keheningan itu.
“Bo,boleh saya bertanya?”
“Boleh Bu, Kalau saya dapat menjawabnya, Insyaallah” Aries mempersilahkan.
“Kamu sudah punya pacar? Ehh,,, anuu... calon istri maksudnya”
“kalau Calon dulu saya pernah tunangan dengan seorang gadis di desa saya. Tapi, ia telah membebaskan saya, karena saya harus melanjutkan kuliah selama 2 tahun lebih”
“Kalau begitu kamu batal tunangannya, apa dia sudah menikah sekarang?” dari lubuk hati paling dalam ia berharap-harap cemas terhadap jawaban nanti yang akan Aries katakan.
“Aku tidak tahu, apakah dia sudah menikah atau masih menunggu aku bu.”
            “O”. Hanya “O” yang terlontar dari mulut Doktor Chandrika.
            “emmm,, kamu mencintainya?” Doktor Chandrika melanjutkan.
            “Tidak.”
Doktor Chandrika tersentak. Kaget atau gembira atau apa yang dirasakannya dari perkataan yang ia dengar dari Aries.
            “ke,kenapa?” Doktor Chandrika kembali melanjutkan dengan suara pelan.
            “Bu, saya hanya akan mencintai wanita yang telah jadi istri saya. Saya akan melimpahkan seluruh rasa cinta dan kasih dengan segenap jiwa ini hanya pada istri saya nanti. Saya akan memberikan cinta dan kebahagian hanya pada istri saya kelak. Bukan yang lain. Itulah kenapa saya tidak mencintainya, karena ia belum halal bagi saya.”
           
Mendengar jawaban itu, Doktor Chandrika tertunduk. Ia terdiam kaku. Suasana menjadi hening kembali. Ucapan yang telah Arie katakan telah menotok seluruh sarafnya sehingga ia tidak mampu mengerakan anggota tubuhnya. Tiba-tiba air menetes dari matanya yang terjatuh menabrak lantai dibawah wajahnya yang kini tertunduk.
            Seumur hudup, baru kali pertama ia mendengar ucapan tersebut dari mulut seorang lelaki.  Ucapan itu menghujam hatinya. Ucapan yang hanya dapat di ucapkan oleh pria yang mempunyai cinta sejati. Cinta yang akan membawanya ketika hidup sampai ia mati. Terdengar begitu tulus ucapan itu dari mulut Aries. Dalam lubuk hatinya, Ia kini hanya berharap Tuhan memberikan kesempatan padanya untuk mendapatkan cinta itu. Yah, mendapatkan cinta itu.

Tetapi perbedaan keyakinan antara ia dengan Aries, membuatnya sedikit kecewa. Andai saja ada pria seperti Aries yang agama dan keyakinannya sama dengannya? Tapi, sampai saat ini ia belum menemukannya.
Di sisi lain, Aries merasakan ada keanehan dari sikap Doktor Chandrika selama ini. Ia tahu, kadang ia berfikiran apakah Doktor Chandrika menyimpan perasaan padanya? “Astagfirulloh,, ia segera mengusap wajahnya, membuang pikiran itu jauh-jauh. Dan memohon perlindungan Allah dari nafsu yang dapat menjerumuskannya”
Doktor Chandrika memecah kehenginan kembali. Dengan menutup matanya ia seperti memaksakan suatu ucapan dari mulutnya yang kini terasa berat untuk berucap.
“hm,, an,,andai saja. a aku bisa menjadi. Hmmm.. istrimu, senangnya hatiku”
Petir seperti menyambar ubun-ubun Aries, ketika ia mendengar apa yang Doktor Chandrika katakan. Ia terperanjat. Seakan tak percaya dari apa yang telah ia dengar dari mulut seorang Doktor Muda nan cantik dan cerdas itu. Kini ia telah kebingungan, gilirannya kini yang dibuat terpaku dan dibuatnya tak bergerak. Seolah seluruh urat syarafnya terhenti saat mendengar itu.  Ia sesungguhnya bahagia mendengar itu, tetapi ada sesuatu yang masih menghalanginya untuk menerima kebahagian itu.
Ingin sekali ia mengatakan “iya” tapi ia tidak yakin dengan itu. Jika ia katakan “tidak”, masih. Ia masih tidak yakin. Pikiran dan hatinya kini terbalut dengan ketidakyakinan. Terus berpikir dan mecari apa yang dapat membuatnya yakin untuk menjawab perkataan Doktor Chandrika.
Apakah itu?
Hanya Tuhan yang tahu isi hatinya.

=============================================================

Bersambung ...Serrial 2

Cerpen, CINTA PUTIH



“CINTA INI HANYA UNTUK ISTRI”
Pengarang: Arie Setiadi

Siang itu hujan masih mengguyur kota Cimahi. Nampak jalan-jalan yang melingakari kota itu tergenang air. Kendaraan roda dua terlihat menepi di pinggir-pinggir toko di sepanjang jalan Cimahi. Namun untuk kendaraan roda empat nampaknya hujan tidak menjadi hambatan untuk terus melajukan putaran rodanya.
            Dari kejauhan terlihat mobil BMW 102 hitam memecah air yang menggenang jalanan yang mengarah ke gerbang kampus STKIP Siliwangi Bandung. Suara klaksonnya berbunyi nyaring sebagai pertanda meeminta gerbang dibuka. Beberapa saat mobil telah melewati pos satpam di depan gerbang dan parkir dii halaman gedung dosen Jurusan Sastra Indonesia.
            Dari dalam mobil itu, keluarlah seorang gadis cantik dengan terburu-buru dan setengah berlari menghindari derasnya hujan yang dapat membuat pakaiannya basah. Gadis itu adalah Doktor Chandrika Julia Tantri, M.Sc. Dosen Muda yang mendapatkan gelar Doktor di luar negeri. Layaknya seorang pemikir atau akademisi yang identik dengan pakaian culun, baku, serius atau cufu, tetapi tidak untuk Doktor Chandrika. Doktor Chandrika sangat memperhatikan penampilannya. Dari cara berpakaian, dan penampilannya  dia sangat teliti. Selain cerdas ia dianugrahi wajah rupawan. Sehingga tak jarang Doktor muda ini banyak mendapatkan perhatian dari kalangan Dosen ataupun mahasiswanya. Namun entah kenapa Doktor ini belum juga mendapatkan jodohnya. Kalau alasannya tidak ada pria yang mendekatinya, tidak masuk akal. Namun, kalau alasannya banyak pria yang ditolak masih bisa diterima. Tetapi apa alasannya menolak? Belum ada yang cocok kah? Atau apa? Hanya hatinya yang tahu.
****
Satu minggu Aries tidak ke kekampus STKIP Siliwangi untuk melakukan penelitian tesisnya. Ia  marah dan tidak terima atas perlakuan semena-mena Doktor Chandrika saat selesai seminar Sastra waktu Minggu lalu. Perlakuan yang merendahkan serta menjadi suatu musibah baginya.
Saat itu, Aries mengganti salah satu narasumber Sastra, Pak Makmur Sadee karena berhalangan hadir pada seminar Sastra Indonesia itu.  Doktor Chandrika sebagai pembimbing dalam tesisnya memilihnya untuk menggantikan Narasumber Sastra tersebut, karena wawasan sastra Aries sangat bagus menurutnya. Ditambah Aries sangat begitu menyukai dan begitu mendalami Sastra dari apa yang dipaparkan Arie, saat ia bertanya tentang Keilmuan Sastra, dan Aries menjelaskannya begitu dalam sehingga membuat Doktor Chandrika kagum padanya. Dan hal ini yang membuat Doktor Chandrika meminta Arie menggantikan salah satu narasumber Sastra itu.
Aries menjadi pembicara terakhir di acara itu. Karena hanya ia yang belum bergelar Doktor diantara narasumber yang lainya. Dalam pemaparan yang ia sampaikan, lebih dalam dan juga lebih mudah dipahami oleh para pendengar di Aula kampus itu. Dari beberapa narasumber yang lebih dulu berbicara, ia menyampaikan dengan bahasa yang sangat akrab ditelinga para pendengarnya. Riuh tepuk tangan bergemuruh untuknya, disela-sela jeda bicaranya, sampai diakhir pembicaraan gemuruh tepuk tangan terus terdengar. Sampai-sampai Doktor Chandrika terlihat memberikan standing aplause padanya. Wajah Doktor Chandrika terlihat paling binar saat itu. Rasa kagum dari dalam maupun dari luar tak sempat dan tak bisa ia sembunyikan kepada mahasiswa bimbingannya, Aries.
Karena rasa kagum dan bangga yang berlebih, Doktor Chandrika tak dapat mengendalikan jiwanya untuk memberikan sesuatu  yang belum pernah ia berikan pada lelaki manapun,  menurutnya adalah suatu ungkapan rasa kagumnya pada Aries. Sampai terjadilah kejadian itu. Aries tak sempat mengelak dari terjangan Doktor Chandrika yang mendaratkan ciuman di pipinya.  Doktor Chandrika tampak bahagia setelah melakukan hal itu. Sebaliknya, Aries tertunduk kaku. Wajahnya merah padam. Kemarahan dalam hati menguasainya. Mengapa ia tak bisa mengelaknya saat itu.
****

Doktor Chandrika siang itu terlihat mondar-mandir di ruang kerjanya. Ada suatu hal yang membuatnya resah. Sudah lebih dari satu minggu Aries tidak ke STKIP Siliwangi untuk melanjutkan penelitiannya. Apakah ia sakit? Apa ia sudah kembali pulang? Apa ia ada kegiatan lain? Apa sudah selesaikah penelitiannya, tapi? Pertanyaan-pertanyaan itu selalu bergiliran masuk dalam benaknya.
“ Apa mungkin ia malu menemuiku, karena waktu itu? “ ia terus bergumam dalam hatinya.
“Aku melakukannya dengan sepenuh hati, jadi aku yakin ia pasti merasakan ketulusanku. Karena pada dasarnya, apapun yang dilakukan dengan sepenuh hati pasti akan dirasakan oleh hati. Begitupun pada Aries”.
 “ Tapi mengapa selama ini? Teleponnya gak aktif, sms ku juga tidak ia balas. Ach!!!” Doktor Chandrika nampak mulai kesal dari apa yang sedang menimpa dirinya. Mungkinkah ia benar-benar telah jatuh hati secara diam-diam pada Aries.
Dari peningkatan perubahan sikapnya selama ini, ia betul-betul yakin saat ini ia telah jatuh hati. Jatuh hati pada mahasiswa bimbingannya, Aries. Hal yang belum pernah ia rasakan saat berhadapan dengan beberapa pria sebelumnya.
Aries adalah pria yang berbeda. Dari wajah, Aries tidak ganteng juga tidak jelek. Banyak pria kenalannya yang ganteng, kaya lagi. Dari kekayaan, Aries hanya mahasiswa S2 yang meraih beasiswa, yang bisa dipastikan ia serba pas-pasan. Dari semangatnya belajar, intelektual, dan kepribadiannyalah ia dapat membedakan Arie dengan pria lainnya yang ia kenal. Aries cerdas tapi ia juga punya kepribadian baik. Ahlak adalah salah satu sifat dan sikap yang mulai luntur dikalangan para intelek saat ini. Mungkin Cuma itu yang lihat saat ini dari Aries.

Doktor Chandrika sudah mengambil keputusan bulat, jika sampai sore Aries tidak juga memberi kabar dan tidak juga datang, ia akan  mendatangi kosan Arie. Jika bertemu di sana, dia bersyukur. Jika ternyata Arie tidak ada di kosannya, ia akan menunggu sampai Aries pulang.
" Doktor Chandrika, apa kabar?" Seseorang menyapanya. Karena kedua matanya tertuju sepenuhnya pada layar laptop, dan pikirannya mengembara ke mana-mana, Chandrika sama sekali tidak sadar kalau ada seseorang memasuki ruangan itu dan kini orang itu telah berdiri tak jauh di hadapannya. Doktor Chandrika mengangkat pandangannya dan ia terkesima seketika.
"Oh kau!" Kata Doktor Chandrika setengah tidak percaya.
"Ya. Kenapa Doktor seperti kaget begitu?" Jawab orang itu dengan tenang, yang tak lain adalah Arie Setiadi.
"Aku kira kau tidak akan datang lagi? Aku kira kau sudah pulang ke kampungmu  ?" Doktor Chandrika menjawab sekenanya.
"Di mana saja kau selama ini? Kau tidak memberi kabar, tidak sms, juga tidak menelpon.
Ditelpon tidak bisa, disms tidak dibalas. Ada apa denganmu?" Lanjut Chandrika sambil bangkit dari tempat duduknya. Doktor muda itu nampak bahagia dengan kedatangan Aries.
"Maafkan saya Doktor, agak lama saya tidak memberi kabar, saya ada sedikit masalah."
"Masalah apa?"
"Saya sedang marah kepada seseorang."
"Marah kepada seseorang? Apa hubungannya dengan kehadiranmu ke sini?"
"Sangat berhubungan. Sebab, terus terang saja, saya marah pada Anda, Doktor?"
"Marah pada saya? Apa yang saya lakukan sehingga membuatmu marah?"
"Anda telah berlaku tidak patut pada saya."
"Apa itu? Saya tidak paham."
"Anda telah mencium  saya dengan semena-semena."
"Jadi karena ciuman itu?!" Doktor Chandrika kaget.
"Ya."
"Itu biasa saja. Aku pikir kau suka."
"Aku tidak mau mendapat ciuman dari perempuan yang tidak halal bagi saya. Anda bukan siapa-siapa saya. Bukan ibu saya, bukan kakak saya, dan bukan adik saya. Anda tidak halal bagi saya. Anda tidak boleh mencium saya. Dan saya tidak boleh mencium Anda. Kalau Anda mencium saya atau saya mencium Anda, kita telah menodai kesucian diri kita. Kita telah melakukan dosa. Itu ajaran agama saya."
"Kalau istri mencium suaminya?"
"Boleh. Halal. Bahkan mendatangkan pahala dari Tuhan."
"Maafkan aku kalau begitu. Aku tidak tahu. Aku tidak akan mengulanginya, kecuali nanti kalau aku suatu saat halal bagimu." Kata Doktor Chandrika pelan.
Hati Aries bergetar mendengar kata-kata Doktor Chandrika. Kalimat terakhirlah yang membuat hatinya bergetar. Seolah doktor         cantik itu berharap, suatu saat akan menjadi perempuan yang halal baginya.
"Baiklah. Kita lupakan saja yang sudah berlalu. Semoga ini tidak terjadi lagi” Aries menutup pembicaraan.
Keadaan menjadi hening. Ke duanya saling terdiam. Doktor Chandrika menundukan wajahnya, masih merasa menyesal. Ia memang berbeda keyakinan dengan Aries yang Muslim. Setidaknya ia dapat pelajaran yang berarti dari kejadian itu, yang tidak ada dalam ajaran agamanya. Hal itu sudah diangap biasa. Seketika Chandrika memecah keheningan itu.
“Bo,boleh saya bertanya?”
“Boleh Bu, Kalau saya dapat menjawabnya, Insyaallah” Aries mempersilahkan.
“Kamu sudah punya pacar? Ehh,,, anuu... calon istri maksudnya”
“kalau Calon dulu saya pernah tunangan dengan seorang gadis di desa saya. Tapi, ia telah membebaskan saya, karena saya harus melanjutkan kuliah selama 2 tahun lebih”
“Kalau begitu kamu batal tunangannya, apa dia sudah menikah sekarang?” dari lubuk hati paling dalam ia berharap-harap cemas terhadap jawaban nanti yang akan Aries katakan.
“Aku tidak tahu, apakah dia sudah menikah atau masih menunggu aku bu.”
            “O”. Hanya “O” yang terlontar dari mulut Doktor Chandrika.
            “emmm,, kamu mencintainya?” Doktor Chandrika melanjutkan.
            “Tidak.”
Doktor Chandrika tersentak. Kaget atau gembira atau apa yang dirasakannya dari perkataan yang ia dengar dari Aries.
            “ke,kenapa?” Doktor Chandrika kembali melanjutkan dengan suara pelan.
            “Bu, saya hanya akan mencintai wanita yang telah jadi istri saya. Saya akan melimpahkan seluruh rasa cinta dan kasih dengan segenap jiwa ini hanya pada istri saya nanti. Saya akan memberikan cinta dan kebahagian hanya pada istri saya kelak. Bukan yang lain. Itulah kenapa saya tidak mencintainya, karena ia belum halal bagi saya.”
           
Mendengar jawaban itu, Doktor Chandrika tertunduk. Ia terdiam kaku. Suasana menjadi hening kembali. Ucapan yang telah Arie katakan telah menotok seluruh sarafnya sehingga ia tidak mampu mengerakan anggota tubuhnya. Tiba-tiba air menetes dari matanya yang terjatuh menabrak lantai dibawah wajahnya yang kini tertunduk.
            Seumur hudup, baru kali pertama ia mendengar ucapan tersebut dari mulut seorang lelaki.  Ucapan itu menghujam hatinya. Ucapan yang hanya dapat di ucapkan oleh pria yang mempunyai cinta sejati. Cinta yang akan membawanya ketika hidup sampai ia mati. Terdengar begitu tulus ucapan itu dari mulut Aries. Dalam lubuk hatinya, Ia kini hanya berharap Tuhan memberikan kesempatan padanya untuk mendapatkan cinta itu. Yah, mendapatkan cinta itu.

Tetapi perbedaan keyakinan antara ia dengan Aries, membuatnya sedikit kecewa. Andai saja ada pria seperti Aries yang agama dan keyakinannya sama dengannya? Tapi, sampai saat ini ia belum menemukannya.
Di sisi lain, Aries merasakan ada keanehan dari sikap Doktor Chandrika selama ini. Ia tahu, kadang ia berfikiran apakah Doktor Chandrika menyimpan perasaan padanya? “Astagfirulloh,, ia segera mengusap wajahnya, membuang pikiran itu jauh-jauh. Dan memohon perlindungan Allah dari nafsu yang dapat menjerumuskannya”
Doktor Chandrika memecah kehenginan kembali. Dengan menutup matanya ia seperti memaksakan suatu ucapan dari mulutnya yang kini terasa berat untuk berucap.
“hm,, an,,andai saja. a aku bisa menjadi. Hmmm.. istrimu, senangnya hatiku”
Petir seperti menyambar ubun-ubun Aries, ketika ia mendengar apa yang Doktor Chandrika katakan. Ia terperanjat. Seakan tak percaya dari apa yang telah ia dengar dari mulut seorang Doktor Muda nan cantik dan cerdas itu. Kini ia telah kebingungan, gilirannya kini yang dibuat terpaku dan dibuatnya tak bergerak. Seolah seluruh urat syarafnya terhenti saat mendengar itu.  Ia sesungguhnya bahagia mendengar itu, tetapi ada sesuatu yang masih menghalanginya untuk menerima kebahagian itu.
Ingin sekali ia mengatakan “iya” tapi ia tidak yakin dengan itu. Jika ia katakan “tidak”, masih. Ia masih tidak yakin. Pikiran dan hatinya kini terbalut dengan ketidakyakinan. Terus berpikir dan mecari apa yang dapat membuatnya yakin untuk menjawab perkataan Doktor Chandrika.
Apakah itu?
Hanya Tuhan yang tahu isi hatinya.

=============================================================

Bersambung ...Serrial 2

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "