Karya Ari Setiadi. Revisi dari cerpen Harist
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8zlP82VPel-KIk4PhXTJomTHTvoxgSMjbLwcdhtwLZUbxUg3Ts2nmSjKbFdNLw7ocQIQdLjAtvKkPltx5AnQlTOuofdq4YvMI-y_xTDv7ZWDSUUA73ageh0KKuV-61GBZEctmHqEnlF4/s400/ayah.jpg)
Di sebuah perumahan terkenal di Bandung, tinggalah seorang
gadis bersama sang ayah. Mereka hidup berdua sejak saat sang ibu di panggil
Sang Pencipta. Kejadian itu telah lama ketika Risha masih kecil. Ia kini
menjalani hidup berdua dengan ayahnya yang bernama Pak Munajat.
Suatu hari Risha
akan di wisuda. Ia kini telah
menyelasaikan kuliahnya dan sebentar lagi dia akan menjadi seorang sarjana
Administrasi Perbankan. Akhir dari jerih payahnya selama beberapa tahun di
bangku pendidikan kini telah menuai hasil.
Risha ingat, ketika ayahnya berkata jika ia telah
lulus. Ia boleh meminta apapun dari ayahnya. Pak munajat begitu mencintainya,
terlebih Pak Munajat tidak punya siapa-siapa lagi selain anaknya. Beberapa
bulan yang lalu dia melewati sebuah showroom, dan saat itu dia jatuh cinta
kepada sebuah mobil sport, keluaran terbaru dari Ford. Selama beberapa bulan
dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan membelikan
mobil itu kepadanya karena ia memang pernah menintanya. Risha juga yakin, karena dia anak satu-satunya dan
ayahnya begitu sayang padanya, sehingga dia yakin mobikl itu akan ia miliki.
Diapun ber'angan-angan mengendarai mobil itu, bersenang-senang
dengan teman-temannya, bahkan semua mimpinya itu dia ceritakan ke
teman-temannya. Seperti kebanyakan orang ia ingin menunjukan mobil barunya itu
pada teman-temannya sehingga banyak yang memujinya.
Sampai saatnya tiba. Setelah selesai di wisuda ia segera
bergegas melangkah pasti ke arah
ayahnya. Pak Munajat tersenyum dengan berlinang air mata karena terharu melihat keberhasilan anaknya, apalagi
Risha menjadi sarjana terbaik di fakultasnya. Dalam hati Pak Munajat mengungkapkan betapa dia bangga akan putrinya,
dan betapa dia mencintai Risha.
Berselang kemudian Pak Munajat mengeluarkan sebuah bingkisan
berbungkus kertas kado warna hijau. Bingkisan yang ia pegangi selama proses
wisuda berjalan dan kini telah selesai. Ia tak memberi tahu apa isi bingkisan
itu pada Risha. Kemudian Pak Munajat memberikannya pada Risha dan Risha
menerimanya dengan bingar senyum penuh bahagia.
Ada yang aneh dengan berat dan ukuran isi kado itu. Risha
berpikir jika isinya kunci mobil, tidak perlu kado dengan ukuran agak besar
itu. Ayah bisa saja memberikan kuncinya langsung. Perlahan ia membuka bingkisan
itu. Ternyata dibalik kertas kado itu ia hanya menemukan sebuah Jaket kulit
yang bertuliskan namanya dengan bahan bordir. Seketika ia menampakan
kekecewaannya terhadap ayahnya. Kemudian, gadis itu menjadi marah, dengan suara
yang meninggi dia berteriak,
"Yaahh...
apa ini yah? Hanya ini? Ayah bohong!
Lalu dia membuang Jaket itu dan lari meninggalkan ayahnya.
Lalu dia membuang Jaket itu dan lari meninggalkan ayahnya.
Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa, hatinya hancur,
dia hanya berdiri mematung, tak tahu apa yang harus di lakukannya saking kaget
melihat respon anaknya yang sampai detik itu tak pernah membentaknya seperti
itu.
Tahun berganti tahun, tak terasa sudah 6 tahun Risha
pergi meninggalkan ayahnya dengan membawa rasa benci. Sang gadis telah menjadi
seorang yang sukses. Dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia berhasil
menjadi seorang wanita karir dan menjadi andalan di perusahaannya. Dia kini mempunyai
rumah yang besar dan mewah dan juga suami yang tampan dan anak yang lucu.
Sementara di tempat lain, ayahnya semakin tua dan tinggal
sendiri. Sejak kejadian itu, Risha pergi meninggalkannya dan tak pernah kembali
atau menghubungi dia. Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya
untuk meyakinkan dia betapa sayangnya ia padanya. Sang anak pun kadang rindu
dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari
itu ia kini masih diliputi rasa benci.
Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor
kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dan sebelum ayahnya
meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu. Risha
disuruh menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama ke rumah ayahnya untuk
mengurus semua harta peninggalannya. Saat melangkah masuk kerumah itu, mendadak
hatinya menjadi sangat sedih karena berita ini sangat mendadak dan ia tak ada
disisi ayahnya ketika sang ayah menghembuskan nafas terakhir dan juga mengingat semua kenangan semasa dia tinggal
disitu. Dia kini sangat menyesal telah bersikap buruk terhadap ayahnya. Tapi semua
itu terlambat.
Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di
matanya, dia menelusuri semua barang di rumah itu. Ketika ia membuka lemari
pakaian ayahnya, dia menemukan Jaket itu, masih terbungkus dengan kertas kado
yang sama beberapa tahun yang lalu. Kemudian, sesuatu jatuh dari bagian kantong
Jaket itu. Dia memungutnya, ternyata sebuah kunci mobil yang jatuh dari jaket
itu. Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil
sport yang dulu dia idamkan. Dia merogoh lagi kantong sebelahnya dan menemukan
sesuatu. Di situ terselip STNK dan surat-surat lainnya, nama Risha tercetak
STNK itu. Kemudian menyusul sebuah kwitansi pembelian mobil, tanggalnya tepat
sehari sebelum hari wisudanya.
Ada perasaan aneh yang menyeruak tiba-tiba dalam
hatinya. Nafasnya serasa tertahan di kerongkongan dan dadanya. Tangannya
bergetar saat membaca namanya tercantum di STNK itu. Untk memastikan rasa aneh
itu ia berlari menuju garasi. Dan ternyata di sana ia menemukan sebuah mobil
yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun. Meskipun mobil itu sudah sangat
kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal jelas mobil itu.
Mobil sport yang dia dambakan bertahun-tahun lalu.
Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jendela mobil
dan melongok ke dalam. Bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus
jok mobil dan setirnya, di atas dashboardnya ada sebuah poto. Poto ia dan
ayahnya saat ia digendong ayahnya sambil tertawa bahagia.
Ia terjatuh.
Kedua lututnya roboh. Hatinya hancur, air mata penyesalan keluar dari matanya
yang sendu. Ia hanya bisa menangisi dan menatap mobil itu sambil berkatasebuah
ucapan sesal. Menyesal ia telah menyia-nyiakannya. Menyesal ia hanya mengikuti
kebenciaanya. Yang paling membuatnya merasa bukan manusia adalah ia telah
meninggalkan ayahnya hanya karena mobil itu. Mobil yang ternyata adalah benar
adanya. Kini ia hanya bisa meratapi dan menangis meraung-raung melihat mobil
itu.
Karya Ari Setiadi.